Home Berita Batsul Masail Kisah Inspiratif Sejarah Ruang Santri Tanya Jawab Tokoh Aswaja Dunia Islam Khutbah Amalan & Doa Ubudiyah Sambutan Pengasuh Makna Lambang Sejarah Pesantren Visi & Misi Pengasuh Struktur Jadwal Kegiatan Mars Bahrul Ulum Denah Opini Pendaftaran Santri Baru Brosur Biaya Pendaftaran Pengumuman Statistik Santri Foto Video Kontak Ketentuan Pembayaran
Berita

Isyhad Kiai Nur Hadi: Tanda Hamba Allah yang Dikehendaki Baik

Acara Tahlil dan Do'a dalam Rangka Peringatan Haul ke 1 Almarhum KH Abdul Nashir Abdul Fattah
Acara Tahlil dan Do'a dalam Rangka Peringatan Haul ke 1 Almarhum KH Abdul Nashir Abdul Fattah

KH Nur Hadi atau lebih dikenal dengan mbah Bolong menjadi pemberi isyhad wal Mawa’id dalam acara pembacaan tahlil dan kirim doa dalam rangka memperingati Haul yang ke-1 Al-Maghfurlah KH Abdul Nashir Abdul Fattah diadakan di aula Pondok Pesantren Putri Al-Fathimiyyah Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang. Acara ini berlangsung pada Kamis malam (17\08\23).

Isyhad wal mawa’id KH Nur Hadi atau lebih dikenal dengan Mbah Bolong diawali dengan menukil hadits dari Nabi yang diriwayatkan oleh imam al-Baihaqi dari sahabat Anas bin Malik.

اِذَا اَرَادَ اللّٰهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا فَقَّهَهُ فِى الدِّيْنِ وَزَهَّدَهُ فِى الدُّنْيَا وَبَصَّرَهُ عُيُوْبَهُ

"Apabila Alloh menghendaki kebaikan pada hambaNya, maka Dia memahamkan agama dan membuatnya berzuhud terhadap duniawi, lalu Dia memperlihatkan kepadanya aib-aib dirinya." (H.R. Baihaqi dari Anas ra)

Dari Hadits tersebut, Mbah bolong menyebutkan bahwa Bahwa ada beberapa tanda yang diberikan allah kepada hambanya yang dikehendaki-Nya baik.

"Ketika allah menghendaki hambanya baik, maka allah akan memberikan hambanya ini tanda"  Jelas Mbah Bolong.

Tanda yang pertama

اِذَا اَرَادَ اللّٰهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا فَقَّهَهُ فِى الدِّيْنِ

“Yaitu allah mbenerake wong iku olehe mahami agamanipun Allah.”

 

“Kulo yakin Mbah kiai nashir iku orang yang dikehendaki allah baik, sebab beliau selain ‘alim, Kiai Nashir iku kan mahami modele santri.”

Yang kedua

وَزَهَّدَهُ فِى الدُّنْيَا

“Allah kalau mencintai hambanya itu allah mentakdirkan hambanya memiliki zuhud.” Jelas Mbah Bolong terkait penggalan hadits tersebut.

Menurut KH Nur Hadi, salah satu bukti kezuhudan dari Kiai Nashir adalah keistiqomahannya dalam bidang keilmuan. Meski Kiai Nashir telah diberi berbagai jabatan dari NU maupun pondok, Kiai Nashir tetap selalu muthola’ah kitab dan selalu menyempatkan diri mengajar santrinya.

“Samean tingali kehidupane Kiai Nashir, ketika bergelimang jabatan, ketika bergelimang harta, beliau ini diparingi Allah saget mempertahankan cintanya pada ilmu dan pada Allah.” Tambah Kiai Nur Hadi.

Bukan hanya keistiqomahannya dalam merawat santri di pondok pesantren, begitu juga jama’ah dari kalangan awam tak luput dari perhatian Kiai Nashir. Berbagai label jabatan bukan menjadi alasan untuk tidak merawat dan mengayomi jama’ah dari kalangan awam. Bahkan KiaiNashir selalu menyempatkan diri untuk mendatangi jama’ah yang berada di daerah pelosok. Jelanan yang kurang memadai, berbagai model dan sikap jama’ah maupun adanya konflik antar sesama jama’ah bukan menjadi halangan bagi Kiai Nashir untuk berkhidmah kepada umat

“Kulo yakin kiai Nashir iku wong zuhud, di paringi pangkat derajat opo wae ngonoku ngajine tetep telaten. Ten nggon kulo seng paling ribet, ngunu tetep rutin di tunggui. Walaupun wong e gak akeh, walaupun wong e model e akeh konflik.” Ucap Mbah Bolong.

Yang ketiga

وَبَصَّرَهُ عُيُوْبَهُ

“Yakni Allah memperlihatkan kepadanya aib-aib dirinya.”

Semakin seseorang berilmu, semakin seseorang mengenal tuhanya, maka dia akan semakin menyadari banyaknya kekurangan yang ada pada dirinya. Semakin dia mengetahui aib dan kekurangan yang ada pada dirinya, maka dia akan seakin malu untuk menggunakan waktunya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, apalagi menggunakan waktunya untuk hal yang buruk seperti membahas keburukan orang lain, berghibah atau sejenisnya.

Begitu juga Kiai Nashir, ia adalah salah satu sosok kiai yang menggunakan waktunya selalu untuk kebaikan dan hal-hal bermanfaat. Bukan sibuk mengurusi keburukan orang lain atau hal-hal yang kurang bermanfaat lainnya. Hal ini dapat dilihat dari cara bicaranya. Kiai Nashir termasuk Kiai yang tidak suka banyak bicara, hanya bicara seperlunya, bahkan Kiai Nashir sangat tidak suka berghibah, apalagi mengajak orang lain ghibah.

“Kiai nashir lek dawuh sak perlune, mboten nate ngajak rasan-rasan” jelas Mbah Bolong.

Kiai nashir sendiri bukan termasuk kiai yang buta terhadap perkembangan zaman, bahkan Kiai nashir termasuk kiai yang gaul serta mengikuti perkembangan zaman. Kiai Nashir juga suka bercanda (guyon), tetapi pemanfaatan perkembangan zaman yang ia ambil serta gaya bercandanya selalu mengarah pada hal yang berguna.

“Kiai Nashir iku seneng guyon, kyai nashir iku gaul, tapi yo seng onok gunane.” Tutupnya.

 

Perwarta: Abdullah Machbub dan Akhmad Zamzami