Biografi KH Sholeh Abdul Hamid
KELUARGA
KH Sholeh Abdul Hamid atau biasa di panggil Kiai Sholeh merupakan putra dari pasangan KH Abdul Hamid Hasbullah dan Nyai Khodijah yang lahir pada tanggal 26 Juni 1935. Beliau merupakan 9 bersaudara. Beliau memiliki 4 saudara kandung dan 4 saudara tiri. Ayah Kiai Sholeh, yakni Kiai Hamid menikah sebanyak 3 kali, dari istri pertama yakni Nyai Zaenab dari Sepanjang dikaruniai seorang putra bernama Abdullah, dari istri kedua yakni Nyai Khodijah dari Cepoko, Nganjuk, dikarunia 5 orang anak, yakni KH sholeh, KH Malik, Gus Hakim, KH Yahya dan Nyai Hamidah, dari istri ketiga yakni Bu Nyai Mu’munah dari Sambong, Jombang, dikaruniai 3 orang anak, yakni Nyai Hasbiyah, Gus Muis dan Nyai Sholihah
PENDIDIKAN
Pendidikan pertama beliau di Tambakberas di bawah asuhan langsung dari ayahnya sendiri, KH Abdul Hamid Hasbullah. Lalu Kiai Sholeh melanjutkan pengembaraan ilmunya di beberapa pondok pesantren. Diantaranya Pondok Pesantren Gedongsari Prambon Nganjuk, Pondok Pesantren Mojosari Nganjuk, Pondok Pesantren Kaliwungu Semarang, dan pondok pesantren di Kajen Margoyoso Pati di bawah asuhan Kiai Thohir. Kiai Sholeh mempunyai beberapa teman dekat, diantaranya: KH Hakim sewaktu mondok di Mojosari Nganjuk dan teman diskusi yang selalu menemaninya sampai keduanya sama sama menjadi kiai, yakni KH Hudlori.
Sosok Kiai Sholeh tidak hanya dikenal alim dalam ilmu agama, tapi juga dikenal sebagai sosok kiai yang sakti. Diantara kesaktiannya adalah beliau pernah dimintai tolong oleh KH Abdul Wahab Hasbullah untuk memindahkan sekelompok jin dari pondok pesantren ke sungai sebelah timur pondok dan masih banyak lagi cerita kesaktian beliau.
Setelah pulang kembali ke Tambakberas, beliau melanjutkan usaha ayahnya yakni membuat batu bata merah.
PERNIKAHAN
Kiai Sholeh menikah dengan Nyai Fathimah Ahmad dari Tanggulangin Sidoarjo. Nyai Fatimah merupakan anak kedua dari tuju belas bersaudara, putri dari KH Achmad Marzuqi Husain. Ayah dari Kiai Sholeh yakni KH Abdul Hamid Hasbullah adalah teman seperguruan KH Achmad Marzuqi yang merupakan ayah dari Nyai Hj Fatimah sewaktu mondok di KH kholil Bangkalan Madura. Kiai Sholeh dan Nyai Fatimah dijodohkan sewakktu Nyai Fatimah mondok di Solo dan Kiai Sholeh mondok di Kajen.
Dari pernikahan tersebut, Kiai Sholeh di karuniai 11 orang putra putri, 3 diantaranya wafat ketika masih bayi. Untuk sembilan putra putri yang lain sebagai berikut:
- KH M Chasbullah Sholeh (alm) beristri Nyai Churin in Mahfudz.
- Drs Abdul Hamid (alm).
- KH M Irfan Sholeh (alm) beristri Dra. Nyai. Fatihah Dimyati.
- KH M Afifuddin Sholeh beristri Ny. Hj. Haflah Asfiyah.
- Dra Ning Nur Fahimah bersuami Gus Djauhar Abd Badi’, SE,.
- Gus Saifuddin Sholeh beristri Siti Azizah, S. Ag. M. Pd. I.
- Nyai. Hj Maslachatul Ammah, SQ, M. Pd. I, bersuami Dr. KHM. Asrori Alfa, M. Pd. I,.
- Dr. Hj. Umi Chaidaroh, SH. MHI, bersuami Dr H. Ainur Rofiq al Amin, SH. M.Ag.
- KH Abdur Rozzaq Sholeh bersitri Ny Hj. Nur Hamidah S.Ag.
PERAN SOSIAL
Semasa hidupnya, Kiai Sholeh berperan aktif bagi pondok, organisasi dan NU. Diantara perannya adalah: mengajar di Pondok Pesantren Bahrul ulum Tambakberas Jombang. Selain di Tambakberas, Beliau juga pernah mengajar di Nganjuk pada tahun 1950 an, juga pernah mengajar di MI Tanggulangin. Medel mengajar beliau lebih ke arah memberi contoh perbuatan yang baik agar ditiru oleh putra -putri serta para santrinya.
Kiai Sholeh juga berperan aktif di organisasi dan NU. Diantaranya beliau pernah mengabdi di Pemuda Anshor Nganjuk, ketua MQ (Madrasah al-Qur’an) PPBU (Pondok Pedantren Bahrul Ulum), MWC NU Jombang, Penasehat MUI Jombang, Mustasyar NU Jombang, A’wan NU Jombang, A’wan PWNU Jatim (1999-2009), A’wan PBNU (2004-2009), Ketua Mejelis Pengasuh PPBU (1987-2006), Pengasuh PPBU Induk Putra (1987-2006).
WAFAT
Di masa tuanya, Kiai Sholeh mengidap diabetes dan pengapuran tulang yang menyebabkannya tidak mampu berdiri lagi, bahkan untuk duduk pun butuh bantuan orang lain.
Pada hari Senin, 5 November 2006 sore hari, kondisi kesehatan Kiai Sholeh semakin memburuk tepat ketika hendak di adakan acara Halal bi Halal di Masjid Jami’ Tambakberas sehingga acara tersebut di urungkan dan di ganti pembacaan Yasin dan do’a.
Selepas maghrib, putra putri dan cucu kiai Sholeh sudah berkumpul di sekitarnya untuk membacakan surat Yasin dan menuntun Kiai Sholeh untuk terus berdzikir. Menjelang Isya’, Kiai Sholeh di kunjungi oleh KH Ahmad Hasan yang datang untuk mendoakannya, lalu datang juga Gus Nu’man Thohir putra dari gurunya. Hebatnya Kiai Sholeh masih ingat dengan putra gurunya dan juga merasa senang atas kedatangannya.
Karena kondisi Kiai Sholeh yang semakin memburuk, sebagai usaha ikhtiyar keluarga membawa Kiai Sholeh ke RSUD Jombang. Beliau di dampingi oleh Ibu Nyai Fathimah, Gus afifuddin Sholeh, Gus Haris, Ning Iroh, dan Gus Fadhlullah Malik.
Saat dipindahkan dari ruang UGD menuju ruang ICU, Kiai Sholeh sempat meminta pulang, “Ayo moleh, mati nang omah wae. (Ayo pulang, mati di rumah saja).” Ibu Nyai Fatimah pun menjawab, “Njenengan kedah diobati bah, ikhtiyar rumiyen. (Anda harus diobati abah, usaha dulu).” Lalu Kiai Sholeh bertanya, “Jam piro iki? (Jam berapa sekarang ini?)” “Sakniki jam 8 bah. (Sekarang jam 20.00 abah),” jawab Ibu Nyai Fatimah. “jek suwe. (masih lama),” sahut Kiai Sholeh. Setelah itu beliau meletakkan kedua tangan di atas dadah sambil mengacungkan telunjuk kanan beliau, beliaupun dian dan tak berkata kata lagi.
Ada satu kejadian unik ketika Kiai Sholeh dirawat di rumah sakit menjelang wafat. Ketika Kiai Sholeh di rawat di ruang UGD, ada seseoramg yang berhenti sejenak ketika melewati ruangan tempat Kiai Sholeh dirawat. Orang tersebut bertanya ke salah seorang santri yang mengantar Kiai Sholeh, “Sinten niku? Kok mencorong wajah e? (Siapa itu? Kok wajahnya tampak bercahaya?).”
Di ruang ICU, lewat tengah malam, pada hari Selasa, 07 November 2006, pukul 01.00 WIB. KH Sholeh Abdul Hamid menghadapi detik-detik kematian dengan tenang. Tanpa erangan rasa sakit.