Home Berita Batsul Masail Kisah Inspiratif Sejarah Ruang Santri Tanya Jawab Tokoh Aswaja Dunia Islam Khutbah Amalan & Doa Ubudiyah Sambutan Pengasuh Makna Lambang Sejarah Pesantren Visi & Misi Pengasuh Struktur Jadwal Kegiatan Mars Bahrul Ulum Denah Opini Pendaftaran Santri Baru Brosur Biaya Pendaftaran Pengumuman Statistik Santri Foto Video Kontak Ketentuan Pembayaran
Berita

Merayakan Dua Abad Bahrul Ulum: Mahfud MD Menyerukan Transformasi Pesantren sebagai Pilar Peradaban

Foto Prof. Mahfud MD saat memberi sambutan dalam acara seminar nasional
Foto Prof. Mahfud MD saat memberi sambutan dalam acara seminar nasional

BAHRULULU.ID - Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU), sebuah institusi yang telah berdiri selama dua abad, kembali menegaskan posisinya sebagai mercusuar ilmu dan perjuangan bangsa. Dalam rangka memperingati usia ke-200 tahun, PPBU menyelenggarakan Seminar Nasional dan Lokakarya bertema "Pengembangan Mutu Pendidikan Islam di Pesantren: Penguatan Branding, Tradisi, Inovasi, dan Transformasi" pada Kamis, 16 Oktober 2025.

 

Acara yang berlangsung di Gedung Serba Guna (GSG) KH. Hasbullah Said ini menghadirkan tokoh nasional, Prof. Dr. H. Mohammad Mahfud MD, mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, sebagai pembicara utama.

 

Mengukir Sejarah, Menempati Kursi Kekuasaan

Dalam paparannya, Mahfud MD memaparkan peran krusial pesantren sejak era pra-kemerdekaan hingga saat ini. Beliau menekankan bahwa pesantren bukan sekadar lembaga dakwah, melainkan pencetak pemimpin yang mampu mengisi sendi-sendi strategis negara.

 

Salah satu titik balik historis yang mengubah stigma pendidikan pesantren adalah perjuangan para tokoh Nahdlatul Ulama, seperti K.H. Wahid Hasyim (ayah Gus Dur), yang berperan penting dalam penyetaraan ijazah madrasah agar memiliki pengakuan hukum (civil effect) yang sama dengan sekolah umum di awal kemerdekaan. Langkah ini membuka jalan bagi santri untuk memasuki birokrasi dan posisi publik secara luas.

 

Mahfud MD menyoroti bahwa pemikiran dan tradisi pesantren kini telah meresap kuat ke dalam sistem pemerintahan. Fenomena ini membuktikan bahwa lulusan pesantren tidak lagi dipandang sebelah mata, bahkan dapat menduduki jabatan tertinggi. 

 

"Lulusan-lulusan pesantren itu sudah meresap ke pemerintahan, sekarang bisa menjadi menteri kayak Pak Muhaimin, Bu Khofifah, dan banyak lagi. Sampai bisa jadi presiden, bisa jadi wakil presiden," tegas beliau.

 

"Maksud saya Pak Ma'ruf Amin, bukan saya," lanjutnya dengan gaya candaan. 

 

Tiga Pilar Kunci untuk Pesantren Abad ke-3

Menghadapi tantangan global dan perkembangan ilmu yang tak terbatas, Mahfud MD menggarisbawahi pentingnya keseimbangan antara spiritualitas dan pengetahuan. Beliau mengutip analogi bahwa ilmu Allah tak akan habis ditulis, bahkan jika seluruh air laut dijadikan tinta.

 

Oleh karena itu, pesantren harus menjadi institusi yang tradisional sekaligus progresif, berpegang pada filosofi pendidikan nasional yang menjunjung keseimbangan IMTAK (Iman, Takwa, dan Akhlak) dan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).

Untuk menjaga relevansi dan daya saing di masa depan, Mahfud MD memberikan tiga pesan kunci kepada seluruh pesantren:

 

 1. Penguatan Branding dan Citra Khas: Pesantren harus secara aktif membangun identitas dan citra positif di masyarakat, yang mencakup keunggulan moralitas dan penguasaan ilmu kontemporer.

 

2. Peneguhan Tradisi Keilmuan: Nilai-nilai luhur dan tradisi keilmuan Islam, seperti penguasaan kitab kuning dan akhlakul karimah, harus terus dipelihara sebagai fondasi kuat.

 

3. Transformasi dan Adaptasi Sistem: Pesantren wajib melakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan secara berkelanjutan agar selaras dengan tuntutan zaman dan kebutuhan global, tanpa menghilangkan jati diri. Upaya ini sering disebut sebagai revitalisasi pesantren untuk mencetak modal akhlak dan karakter bangsa.

 

Peringatan dua abad PPBU ini diharapkan menjadi tonggak untuk mengokohkan peran pesantren sebagai institusi yang melayani dalam mencetak generasi unggul, tangguh, dan berkarakter.

 

Ditulis oleh : Ahmad Wijaya Zein

Editor : Abdullah Machbub