Khutbah Jum’at: Pentingnya Muhasabah dan intropeksi diri
Oleh: KH Abdul Jabbar Chubbi
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ
.فَقَدْ قَالَ الله تَعَلَى فِيْ كِتَبِهِ الْكَرِيْمِ الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا اَيْدِهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Assalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jama’ah Sholat Jum’at yang senantiasa dirahmati oleh Allah SWT
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt, takwa dalam arti melaksanakan segala perintahnya dan meninggalkan segala larangannya. Sehingga dalam setiap tingkah laku kita senantiasa “dikontrol” oleh kadar ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah SWT
Sebagai manusia kita ditakdirkan menjadi ciptaan yang terbaik(اَحْسَنُ ثَقْوِيْمٍ) yang memiliki kecenderungan–kecenderungan pribadi atau nafsu yang itu tidak dimiliki oleh malaikat, disamping itu juga mempunyai akal sehat yang tidak dimiliki oleh hewan, yang mana dengan kedua karunia itu sebagai manusia kita hidup di dunia ini dengan aktivitas sedemikian rupa mulai dari bekerja, bergaul, belajar, makan, minum dan lain sebagainya, seberapa banyak apa yang telah kita lakukan, pernahkah kita menyediakan waktu untuk menimbang dan menakar, lebih banyak mana dari sekian banyak aktivitas yang kita lakukan itu antara manfaat dan madharatnya.
Kalaupun dari aktivitas kita itu tidak menimbulkan madharat, adakah aktivitas yang kita lakukan bukan merupakan sesuatu yang sia-sia seperti; sikap malas kita, bersenang-sennag secara berlebihan, membual kesana kemari, bermain-main media sosial, gadget dan lain sebagainya, mungkin yang kita lakukan secara kasat mata tidak merugikan orang lain, maupun diri sendiri, alan tetapi sukar menghindari dari kemubadziran, entah itu kemubadziran waktu ataupun harta benda.
"أِنَّ مُبَذّرِيْنَ كَانُوْا اِخْوَانُ الشَّيْطَن"
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berbuat mubadzir tersebut adalah kawan-kawan syaitan.
Jama’ah jum’at yang senantiasa dirahmati oleh Allah SWT
Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah cara kita untuk Mukhasabah atau menginteropeksi diri, untuk mencermati diri sendiri bukan semata mencermati kelebihan-kelebihan yang kita miliki, melaikan juga kekurangan yang membuat kita terdorong untuk memperbaiki diri sendiri. Mukhasabah adalah suatu usaha untukk mengoreksi kemampuan kita dalam mengelola karunia akal sehat dan nafsu yang keduanya merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh manusia, apakah keduanya sudah berjalan secara baik atau bel um.
Sayyidina Umar R.A dawuh:
حَسِبُوْا اَنْفُسَكُمْ قَبْلَ اَنْ تُحَاسَبُوْا وَتَزَّيَّنُ لِلْإَرْضِ اَكَبَرُ وَاِنَّمَا يَخِفُّ الحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَمَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفَسَهُ فِيْ الدُّنْيَا
Hisablah atau interopeksilah diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar yakni hisab, karena sessungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan bagi orang yang selalu terbiasa menghisab dirinya saat hidup di dunia.
Sayyidina Umar r.a mengganggap mengevaluasi diri lebih dini akan menguntungkan pada kehidupan kelak yakni kehidupan di akhirat, karena dengan evaluasi diri sendiri, manusia akan mengenali kekurangan-kekurangan, serta kesalahan-kesalahan dirinya yang hal itu dapat diharapkan memperbaiki diri dengan sesegera mungkin, dimana kondisini akan meminimalkan kesalahan sehingga tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah di alam kehidupan Akhirat nanti menjadi lebih ringan
Baginda Rasulullah SAW. Bersabda:
الْكَيْسُ مَنْ دَاَن نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ اَتْبَعَ نَفَسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّ عَلَى الله
Orang yang cerdas adalah orang yang mau menghisab dirinya serta beramal untuk kehidupan setelah kematiannya, sedangkan orang orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan atau berharap kepada rahmat Allah SWT.
Hadits ini secara tersirat mengungkapkan bahwa akal-lah yang seharusnya menundukkan nafsu, bukan sebaliknya nafsu menundukkan akal. Nafsu merupakan sebuah potensi yang sejatinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar dan alamiah dari makhluk manusia seperti makan, minum, tidur dan sebagainya.
Dan manakala nafsu telah menunggangi akal sehat maka yang terjadi adalah munculnya sifat tamak, munculnya sifat tidak pernah mengenal puas, serta sewenang-wenang mau menangnya sendiri, dan tidak mau mengakui kesalahan saat itulah muhasabah dibutuhkan untuk membuat seseorang bisa mengenali kelemahan-kelemahan, dan kesalahannya sendiri serta memperbaiki dirinya.
Dari hal tersebut setidaknya ada dua manfaat penting yang bisa kita catat dan intropeksi
- yang pertama yaitu islah merupakan semangat untuk membenahi diri, intropeksi membuka mata tentang kelemahan-kelemahan, kekuranga untuk kemudian diperbaiki karena seseorang tidak bisa memperbaiki diri jika ia tidak mengenal kekurangannya
Sebagai hamba, manusia diwajibkan untuk memposisikan kehidupan diakhirat menjadi lebih utama, dari pada kehidupan yang ada di dunia, karena kehidupan yang ada di dunia merupakan kehidupan yang fana, dan kehidupan sejati adalah di akhirat, dengan intropeksi ini sesungguhnya manusia sedang mengejawantahkan suatu ajaran bahwa kelak semua yang telah diperbuat oleh anggota tubuh manusia akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat.
Sebagaimana dalam surat yasin ayat 65:
اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلٰٓى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Artinya: Pada hari ini kami tutup mulut mereka dan berkatalah pada kami tangan mereka, dan memberi kesaksian kaki mereka terhadap apa yang dahulu pernah mereka usahakan.
Jama’ah jum’ah yang dirahmati oleh Allah SWT
- Yang kedua adalah intropeksi diri menghindarkan kita dari sifat ujub atau bangga diri, bangga diri adalah melihat kelebihan-kelebihan diri sendiri dan tidak bisa melihat kekurangan diri sendiri.
Mukhasabah, fokus tertuju pada kekurangan diri sendiri, menelisik, meneliti, menyingkap diri sendiri. Dalam hal ini akan banyak mengurangi perilaku-perilaku manusia yang cenderung gemar menilai, mengoreksi orang lain sehingga kita akan disibukkan dengan mengoreksi kesalahan diri sendiri ketimbang memvonis orang lain sebagai orang yang salah.
Mencari kesesatan pikiran dan perilaku diri sendiri ketimbang menghakimi salah orang lain sifat ini sebenarnya selaras dengan apa yang dipesankan dalam Al-qur’an yang mendorong setiap manusia agar tidak merasa sok baik, tidak meras sok benar, dan tidak merasa sok suci
فَلَا تُزَقُّوْا اَ نْفُسَكُمْ هو اعلم بمنتقا
Maka jangan lah katakan dirimu suci, dialah yang paling mengetahui tentang orang yang paling bertaqwa.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
khotbah 2
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ