Pentingkah Menyebutkan Nama Saat Mengirim Do’a?
Pentingkah Menyebutkan Nama Saat Mengirim Do’a?
Pengasuh Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin KH Muhammad Idris Djamaluddin menjelaskan alasan pentingnya penyebutan nama ahli kubur satu persatu saat mengirim do’a. hal ini ia jelaskan ketika memberikan sambutan dalam acara memperingati 100 hari wafatnya KH Abdul Nashir Abdul Fattah.
Acara ini juga bertepatan dengan HAUL ke-47 KH Abdul Fattah Hasyim yang dilaksanakan di kediaman KH Abdul Nashir Fattah, Tambakberas Jombang pada Kamis (8/12/22).
Dalam sambutannya, KH Muhammad Idris menjelaskan alasan tersebut melalui cerita diskusi antara Habib Umar Al-Hafidz dengan santrinya.
“Dalam satu momen, Habib Umar ditanya santrinya. ‘Habib, kengeng nopo untuk berdoa harus disebut namanya satu persatu? (Habib, kenapa untuk berdo’a harus di sebut namanya satu persatu?)’ Itu pertanyaan pertama. Pertanyaan kedua, ‘Yang didoakan iku dapat paket utuh atau dibagi-bagi?’,” ucap Kiai Idris.
Dalam momen itu, Habib Umar mengisahkan salah satu hikayat seorang soleh yang terdapat di dalam kitab Irsyadul Ibad. Dikisahkan bahwa orang sholeh tersebut mengalami mimpi bertemu dengan para arwah orang yang telah meninggal dunia. Dilihatnya para arwah berebut hadiah. Hadiah ini adalah gambaran do’a yang dikirimkan orang yang hidup kepada orang yang telah meninggal dunia.
Yang mengherankan adalah terdapat satu arwah yang duduk sendirian dan tak ikut berebut seperti halnya arwah lainnya. Karena heran, bertanyalah orang sholeh tadi kepada arwah yang tidak ikut berebut hadiah. Ternyata alasannya dikarenakan arwah tadi selalu mendapat kiriman doa dari anaknya. Doa yang dikirimkan kepada arwah tadi akan dirupakan sebagai hadiah baginya.
Setelah ditanya, arwah tadi menjelaskan bahwa laki-lakinya yang berjualan di pasar selalu mengirimikan do’a dan bacaan ayat Al-Qur’an yang dikhususkan kepadanya sehingga dia telah mendapat bagian tersendiri dan tidak susah payah berebut.
Setelah orang sholeh tadi terbangun dari tidurnya, ia bergegas mencari anak yang disebutkan arwah dalam mimpinya. Didatangilah pasar yang disebutkan dan dicarilah anak lelaki dari arwah tadi. Setelah bertemu, orang saleh tadi melihat mulut anak lelaki dari arwah yang dijumpainya didalam mimpi tak henti hentinya merapalkan sesuatu.
Orang saleh tadipun bertanya untuk memastikan kebenaran mimpinya. Ternyata, apa yang ia mimpikan memang benar adanya. Meskipun tidak hafal Al-Qur’an seluruhnya, namun anak lelaki tadi selalu membaca bacaan Al-Qur’an yang ia hafal dan dikhususkan untuk orang tuanya yang telah meninggal dunia.
Tak berselang lama, orang sholeh tadi Kembali bermimpi menemui arwah yang sebelumya ia temui dalam mimpi. Tak seperti sebelumnya, arwah tersebut ternyata ikut berebut hadiah bersama arwah-arwah lainnya.
Setelah terbangun dari mimpinya, orang sholeh tadi lansung mencari anak dari arwah yang ia temui dalam mimpi. Setelah dicari, ternyata anak tadi sudah tidak lagi berjualan di pasar. Dicarilah anak lelaki tadi dan ternyata anak arwah tadi sudah meninggal dunia.
Sepeninggal anaknya, maka arwah tersebut sudah tidak lagi mendapaat kiriman do’a yang dikhususkan untuknya, melainkan kiriman doa yang diperuntukkan secara umum sehingga harus berebut untuk mendapatkan bagiannya.
“Niki tros dadi hujjah kengeng nopo di dalam mengirimkan do’a fatihah meniku penting disebut namanya supoyo bagiane iku utuh. (cerita ini kemudian dijadikan hujjah kenapa dalam mengirim do’a fatihah penting menyebutkan namanya, supaya bisa mendapat bagian yang utuh),” tutupnya.
Oleh: Abdulla Machbub Al-Kahfi
Editor: M. Ichlasul Amal