KH Abdul Nashir Adalah Sosok yang Tekun Belajar
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah purwoasri KH Abdul Nasir Badrus menghadiri acara tahlil hari ketiga pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang Almaghfurlah KH Abdul Nashir Fattah, Selasa (30/08/22).
Ia menjelaskan bahwa permasalah yang dihadapi setelah para kiai sepuh wafat seperti KH Abdul Nashir dan KH Moch Djamaluddin Ahmad adalah kaifa nahnu wa kaima man ba'dana (bagaimana generasi kita dan bagaimana generasi setelah kita), apakah mau perjuangan para kiai atau tidak?
Kemudian KH Abdul Nasir Badrus memberikan Isyhad (kesaksian) sewaktu bersama Almarhum KH Abdul Nashir Fattah saat sama-sama belajar ke Kiai Maemoen Zubair di Pesantren Al-Anwar Sarang.
“Termasuk piabake kiai seng khusyu'”ujarnya.
Gus Nashir, begitu sapaan akrabnya adalah pribadi yang sangat tekun dalam belajar. Bagi Gus Nashir waktu adalah ta'lim (mengajar), waktu adalah belajar.
“Waktu adalah muthala'ah ,” ucap Kiai Abdul Nasir Badrus.
Ada kebiasaan unik yang dilakukan Kiai Nashir ketika belajar yaitu memiliki syarat dan rukun.
“Syarat rukunnya ada tiga, yaitu: ada rokok, ada kopi dan ada antena radio,” katanya.
Ia menambahkan, jika ingin wa tsani aula (generasi kedua lebih hebat), bukan wa tsani manqushun (generasi kedua mengalami penurunan).
Maka santri sekarang harus berpikir ketika pulang harus membawa wirid, membawa do'a, membawa sanad , membawa kitab. Santri harus berperan sebagai muharrik (penggerak) untuk menyongsong masa depan, agar tidak dikuasai oleh orang yang tidak mengaji.
“ Nek samean tujuane mondok (Kalau tujuan kalian mondok adalah) Kiai Nashir, Kiai Nashir sudah kapundut (wafat), tapi lek tujuane golek ilmu (bila tujuannya adalah mencari ilmu) ndek kene jek sak umbrukan (di sini banyak)” Pesan Kiai Abdul Nasir Badrus.
“Tetaplah belajar koyo koyo (seakan akan) Kiai Nashir masih ada, wingi ono (dulu masih ada) Kiai Nashir, setelah Kiai Nashir kapundut (wafat) sekarang Kiai Nashir ada di hatiku,” pungkasnya.
Penulis : Muhammad Ichlasul Amal