Puncak Persahabatan Kiai Nashir dan Kiai Taufiqurrahman
Sudah diketahui khalayak umum bahwa Kiai Abdul Nashir Fattah dan Kiai Taufiqurrahman merupakan dua Kiai yang persahabatannya begitu akrab. Tak jarang ditemui mereka berdua bersama, baik dalam kegiatan Nahdlatul Ulama, pengajian, maupun di banyak kesempatan lain.
Sekitar tahun 1999 di majlis ta’lim (majlis ilmu) saat itulah awal mula keakraban Kiai Nashir dan Kiai Taufiqurrahman, Pengasuh Pondok Pesntren Sunan Ampel Jombang. Bermula bertemu saat mengaji bersama, persahabatan mereka terjalin erat. Sejak saat itulah Kiai Taufiqurrahman seringkali mengunjungi Kiai Nashir ke kediamannya, pun sebaliknya Kiai Nashir kerap berkunjung ke kediaman Kiai Taufiq.
Kerap kali Kiai Nashir mengajak Kiai Taufiq berkunjung kepada para Kiai alumni Makkah, sehingga banyak dari para Kiai yang mengenal Kiai Taufik. Dalam pandangan Kiai Taufiq sendiri sosok Kiai Nashir adalah pribadi yang tegas lagi disiplin, lebih-lebih bila menyangkut kepentingan Nahdlatul Ulama. Setiap diundang oleh NU Kiai Nashir selalu menghadirinya bahkan jarang sekali telat, kecuali memang ada udzur.
Ada satu lagi Kiai yang akrab dengan mereka berdua yaitu Kiai Salim. Saking akrabnya hubungan mereka bertiga (Kiai Abdul Nashir, Kiai Tauqurrahman dan Kiai Salim Azhar) sampai-sampai mereka bertiga dijuluki tiga serangkai. Dalam hal keilmuan, Kiai Nashir merupakan ahli fiqih yang intuisi sufinya tajam meskipun tidak mengajar ilmmu kesufian secara khusus Hal ini tak lepas dari pengaruh 2 orang guru beliau, yaitu : Kiai Sahal Mahfudz dan Kiai Maimoen Zubair.
Kerap kali ketika menemui problematika fikih misalnya, Kiai taufiq akan bertanya perihal problem tersebut kepada Kiai Nashir. Sedang dalam dunia sufistik, menurut keterangan Kiai Taufiq thariqah yang dijalani Kiai Nashir adalah thariqah qadiriyah wa naqsabandiyah yang didapatkan dari Kiai Ahmad Muthohar mranggen (adik dari Kiai Mushlih) ketika diajak gurunya Kiai Sahal.
Dari kedekatan yang begitu akrab membuat Kiai Nashir mengajak Kiai Taufiq menjalin hubungan yang semakin dalam dengan menawari Kiai Taufiq menjadi besan. Kiai Nashir menawari menikahkan putra keempatnya M. Abdul Fattah dengan putri Kiai Taufiq, Ning Faiqatul.
“Loh, ndak perlu ditanya gus (Kiai Nashir), kalau sama-sama cocok ya monggo (mari),” begitu tanggapan Kiai Taufiq ketika menerima tawaran Kiai Nashir.
Meskipun begitu, tak jarang mereka berdua (Kiai Nashir dan Kiai Taufiq) berbeda pendapat dalam hal fiqih, namun tetap saling menghargai dan tidak mengurangi rasa hormat antar mereka berdua. Hal tersebutlah yang bisa diteladani dari sosok Kiai Nashir.
“Gus Nashir itu fikihnya mendalam, intuisi sufinya tajam,” tegas Kiai Taufiqurrhman.
Yang membuat kami begitu kagum yaitu ketika kami bertanya apakah puncak dari persahabatan keduanya adalah saat keduanya menjadi besan?. Tak kami sangka, Kiai Taufiq dengan tegas menjawab bukan hal tersebut.
Kiai Taufiq menjelaskan persahabatan yang sejati ialah ketika saling mengerti isi hati meski tanpa mengabari, dan sahabat sejati ialah sahabat yang bukan hanya memiliki hubungan antar manusia, namun hubungan antara hamba dengan rabnya, sedang puncak dari persahabatan adalah persahabatan yang terjalin sampai akhirat nanti. [1]
Oleh : Muhammad Ichlasul Amal
[1] Sumber : wawancara oleh Muhammad Ichlasul Amal bersama Wahab Amrullah dengan Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Ampel Jombang, Kiai Taufiqurrahman.