Dibalik Pembangunan Menara Masjid Bahrul Ulum
Bahrul Ulum - Masjid adalah salah satu bangunan yang menjadi pusat kegiatan dan informasi di pondok pesantren, baik mengenai waktu shalat, adzan, iqomah, pujian, mengaji dan lain sebagainya. Sudah menjadi salah satu ciri khas yakni adanya menara yang di bangun di suatu masjid. Menara ini dulunya digunakan oleh seorang mu’adzdzin untuk adzan agar suaranya bisa terdengar lebih jauh dan menyebar ke seliiuruh penjuru. Meski sekarang telah ada sound sistem yang memudahkan pengumandangan adzan dan sebagainya, akan tetapi menara tetap menjadi salah satu bangunan yang khas dan rekat dengan masjid. Salah satunya adalah masjid sekaligus menara yang ada di Masjid Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang.
Masjid dan menara memang menjadi ikon dari Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas. Letak Majid Jami’ beserta menarah berada tepat berada satu lingkup dengan Pondok Induk. Menjadi saksi bisu sejarah berkembang pesatnya Pondok Tambakberas kala itu. Jika ditelusuri sejarahnya, bangunan masjid telah lebih dulu ada ketimbang bangunan menara.
Masjid Tambakberas dibangun tepatnya pada tahun 1903 M Di era kepemimpinan Kiai Hasbullah (menurut buku Sejarah Tambakberas). Sedangkan, adanya bangunan menara terdapat versi sejarah yang berbeda. Versi pertama mengatakan, menara dibangun di era kepengasuhan Kiai Chasbullah. Sedangkan Versi kedua, menjelaskan, bahwa menara dibangun di era kepemimpinan Kiai Abdul Hamid Hasbullah, tepatnya pada tahun 1367 H/ 1948 M.
Cerita Versi pertama bersumber dari seorang penulis buku, namun, tingkat kevalidan referensi yang digunakan masih belum jelas asalnya, yang mana klarifikasi tersebut dilakukan oleh tim sejarah Tambakberas sampai pada referensi buku yang digunakan dan tidak ada data yang bisa menguatkan sebagai pegangan kevaliditasan data.
Sedangkan versi kedua, bisa dipertanggung jawabkan kevaliditasan sumber datanya, yang mana tim sejarah Tambakberas telah melakukan klarifikasi data yang didapatkan dari narasumber yang memang menangi (menyaksikan) zaman pembangunan menara, yakni di era kepengasuhan Kiai Abdul Hamid Hasbullah.
Jika pembaca pernah mendengar cerita mengenai huruf Hijaiyah (ح، ر، ت، م) yang terukir pada dinding menara, ada satu riwayat yang menguatkan cerita versi kedua tadi. Sewaktu mengajar di Mualimin, Kiai Djalil dan Kiai Djamaluddin Ahmad, menyebutkan bahwa Kiai Hamid adalah sebagai sosok penjaga amanah yang baik. Sebelum ayah Kiai Hamid, yakni Kiai Hasbullah wafat, Kiai Hasbullah menuliskan sesuatu di kertas yang ditutupi dengan kain, Kiai Hasbullah berpesan kepada Kiai Hamid agar jangan membuka penutupnya sampai Kiai Hasbullah wafat.
Setelah wafatnya Kiai Hasbullah, penutup tersebut dibuka dan berisi tulisan huruf Hijaiyah (ح، ر، ت، م)Akhirnya sebagai bentuk penghormatan, oleh Kiai Hamid diukirkanlah tulisan tersebut pada dinding menara. Huruf Hijaiyah tadi ditafsirkan sebagai Kemerdekaan yang sempurna, ini sesuai dengan selesainya bangunan menara pada tahun 1367 H/1948 M sebagai akhir dari penjajahan di Indonesia dan menjadi negara yang merdeka.
Sebagai santri Tambakberas, sudah seharusnya untuk merasa sangat senang jika bisa mengetahui cerita sejarah dari asalnya langsung. Pembangunan Masjid dan menara memang terpaut jauh jarak pembangunannya. Meskipun demikian, Bentuk dan rupanya masih sama seperti awal pembangunan, hanya saja mengalami sedikit renovasi dan penambahan ornamen pada bagian dalam dan pengimaman masjid. Sampai sekarang Masjid dan Menara menjadi tempat untuk beribadah dan tabarrukan bagi dzurriyah (keluarga Kiai) dan para santri dengan para pendahulu dan perintis Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas agar bisa meneruskan apa yang sudah di wariskan.[1]
Wallahu A’lam
Penulis : Taufiq Hidayat
Editor : Abdullah Machbub Al-Kahfi
[1] Sumber : Buku Tambakberas, Menelisik Sejarah Memetik Uswah dan tambahan beberapa sumber.