Home Berita Batsul Masail Kisah Inspiratif Sejarah Ruang Santri Tanya Jawab Tokoh Aswaja Dunia Islam Khutbah Amalan & Doa Ubudiyah Sambutan Pengasuh Makna Lambang Sejarah Pesantren Visi & Misi Pengasuh Struktur Jadwal Kegiatan Mars Bahrul Ulum Denah Opini Pendaftaran Santri Baru Brosur Biaya Pendaftaran Pengumuman Statistik Santri Foto Video Kontak Ketentuan Pembayaran
Dunia Islam

Kelahiran Nabi Muhammad (Bagian 2)

Foto Ilustrasi dari Google
Foto Ilustrasi dari Google

Kehamilan Aminah dan wafatnya Abdullah

Seperti kebanyakan masyarakat Mekkah, Abdullah yang merupakan ayah dari Nabi Muhammad SAW berprofesi sebagai pedagang. Setelah menikah dengan Aminah, ia semakin semangat dalam bekerja, bahkan beberapa saat setelah menikah, Abdullah meminta izin untuk berdagang ke Syiriah dan Palestina. Beberapa waktu setelah keberangkatan Abdullah, Aminah yang sedang tidur merasa didatangi laki laki tak dikenal dan berbicara padanya.

“Apakah engkau merasa tengah mengandung?” Tanya laki-laki itu.

Aminah yang waktu itu belum merasakan tanda-tanda kehamilan segera menggeleng atas pertanyaan lelaki tersebut. Laki-laki itu segerah berkata.

“Sesungguhnya engkau sedang mengandung anak yang akan menjadi pemimpin sekaligus Nabi bagi umat ini. Ia akan terlahir pada hari Senin. Ketika ia lahir maka engkau akan melihat ada cahaya yang menerangi kerajaan Kra, Syiriah, dan ketika dia sudah lahir maka berilah nama Muhammad.” Kata laki-laki tersebut.

Sontak kabar tersebut membuat Aminah sangat senang, mengingat ia akan segera memiliki buah hati. Beberapa hari kemudian ia segarah memberitahu saudara-saudara perempuannya tentang kedatangan laki-laki tersebut. Akan tetapi, hal yang sangat diinginkan Aminah adalah segera memberitahu Abdullah suaminya yang sedang dalam perjalanan dagang, tapi ia harus bersabar dan menunggu kepulangan suaminya untuk memberitahukan kabar gembira tersebut.

Di pihak lain, rombongan Quraisy yang telah berhasil menjual dagangannya di daerah Gaza, Palestina, segera bertolak pulang ke Mekkah, namun di tengah perjalanan, Abdullah menderita sakit yang cukup parah sehingga tidak memungkinkan baginya untuk melanjutkan perjalanan pulang, ia akhirnya harus dirawat di kota Madinah, tepatnya di kediaman Bani Ady bin Najar. Rombonganya meninggalkannya untuk melanjutkan perjalanan ke Makkah. Sesampainya di Makkah mereka menjelaskan kondisi Abdullah yang terpaksa ditinggal dan dirawat di Madinah kepada Abdul Muthollib, ayah Abdullah.  Abdul Muthollib segera mengutus Harist putra sulungnya untuk menjemput Abdullah, namun sayang, Sesampainya di Madinah, Abdullah telah wafat dan dimakamkan di pemakaman An-Nabighoh, Harist pun pulang dengan membawah kabar pahit tersebut kepada Abdul Muthollib, terutama pada Aminah yang tengah mengandung. Nabi Muhammad pun menjadi yatim di saat masih berada di dalam kandungan.

Tahun Gajah: peristiwa penyerangan Mekkah oleh Abrahah

Peristiwa kelahiran Nabi Muhammad terjadi pada tahun gajah, masa dimana terdapat peristiwa bersejarah yang sangat menggemparkan penduduk kota mekkah, bahkan seluruh Jazirah (pulau) arab, yakni penyerangan kota Mekkah oleh Abrahah dan pasukan bergajahnya.

Abrahah diutus oleh raja Najasy, Ashamah untuk menaklukkan Yaman, dan Abraha berhasil menaklukkan yaman. Penguasa baru yaman itu Awalnya adalah seorang raja yang berkepribadian luhur. Akan tetapi seiring waktu sifat itu perlahan hilang tergantikan oleh sifat rakus, ia berambisi untuk membangun sebuah gereja di daerah Sha’a, tujuannya agar penduduk Yaman dan jazirah arab berpaling ke negerinya, serta meninggalkan ka’bah. Mendengar kabar tersebut Malik bin kinanah (salah seorang penduduk Mekkah yang kebetulan tengah berada di Yaman) merasa geram, ia lantas masuk ke dalam gereja dan buang air besar disana, lalu mengoleskan kotorannya ke tembok gereja, Abrahah yang mengetahuai hal tersebut marah, karena kejadian itu ia semakin berhasrat untuk merobohkan ka’bah.

Abrahah pergi memimpin para pasukannya untuk pergi ke Mekkah dengan menaiki gajah terbesar bernama Mahmud. Pada saat perjalanan meunju kota Mekkah, ia dihadang oleh orang-orang yang tidak menyetujui keinginan Abraha untuk menghancurkan ka’bah, akan tetapi hal itu dapat diatasi Abraha. Ketika sampai di sekitar kota Mekah, tepatnya di daerah Maghmas, ia mendirikan kemah. Setelah itu rombongan itu berjalan selama beberapa hari, ketika jarak dengan kota suci tidak begitu jauh,  Abrahah memerintahkan pasukan berkuda yang dipimpin oleh Al-Aswad  bin Mas’ud untuk merampas binatang ternak milik penduduk Mekah, termasuk dua ratus unta milik Abdul  Mutahollib juga dirampasnya. Abrahah mengutus Hanathah bin Al-Humairi untuk berunding dengan pemuka Quraisy tersebut. Hanathah menjelaskan bahwa kedatanganya ke Mekkah itu hanya untuk merobohkan ka’bah saja, akan tetapi hal itu dijawab oleh  Abdul mutholib dengan tegas dan berwibawa bahwa ka’bah adalah rumah Allah dan Allah sendirilah yang akan melindunginya, pembicaraan berlanjut dengan  Abdul Mutholib mendatangi Abrahah untuk berunding. Abdul Muthollib meminta unta-untanya dikembalikan, Abrahah bingung dengan pertanyaan tersebut, kebingungan itu menghilang dengan pernyataan Abdul Muthollib,

Aku adalah pemilik unta-unta itu, sedangkan Baitullah adalah milik tuhan, Dia-lah yang akan menjaganya dari perbuatanmu” ucap Abdul Muthollib

Tidak akan ada yang dapat menghentikan ku” sangkal Abrahah

“Ada, Tuhan pemilik Baitullah” tegas Abdul Mutholib

Gertakan itu tidak dihiraukan oleh Abrahah, rombongan pasukan mulai meninggalkan daerah Maghmas menuju garis batas Mekkah. Mahmud tidak bergerak ketika diarahkan ke Mekkah, Abrahah tidak memperdulikan itu dan terus maju, tiba-tiba langit menjadi hitam pekat, bermunculan  gerombolan burung Ababil mengitari langit , setiap burung membawa tiga kerikil yang berasal dari neraka, dua di cengkeraman kaki, dan satu di paruh. Pasukan Abrahah kocar-kacir tidak karuan ketika mendapat serangan lemparan kerikil yang panasnya dapat menembus tubuh pasukan-pasukan Abrahah. Peristiwa tersebut tertulis pada Al-qur’an surat Al-Fill ayat 1-5.

Kelahiran Nabi terakhir

Sayyidah Aminah berjuang mengandung bayinya selama 9 bulan, tanpa kehadiran seorang suami. perjuangan itu berakhir pada saat fajar shadiq, tepatnya pada hari senin 12 Rabiul Awwal tahun gajah, bayi yang dinanti tersebut akhirnya terlahir di dunia,  

Sesudah proses kelahiran, Aminah menyuruh seseorang untuk mengabarkan kabar bahagia tersebut kepada Abdul Muthollib, ketika diberitahu berita bahagia tersebut pemuka Quraisy tersebut langsung bergegas pergi menuju kediaman Aminah, sesampainya disana ia menggendong cucunya itu lalu membawanya pergi menuju ke ka’bah, di hadapan bangunan suci tersebut, Abdul Muthollib memeanjatkan do’a syukur, sebuah nama terbesit di hatinya, sebuah nama yang indah. Lalu ia memberi nama cucunya itu dengan nama Muhammad. seluruh keluarga besar Quraisy menyambut gembira kabar tersebut, bahkan Abu Lahab  sampai-sampai memerdekakan budak wanitanya yang bernama Tsuaibah tatkala mendengar berita bahagia tersebut.

Wallahu a’lam bis showab.