Home Berita Batsul Masail Kisah Inspiratif Sejarah Ruang Santri Tanya Jawab Tokoh Aswaja Dunia Islam Khutbah Amalan & Doa Ubudiyah Sambutan Pengasuh Makna Lambang Sejarah Pesantren Visi & Misi Pengasuh Struktur Jadwal Kegiatan Mars Bahrul Ulum Denah Opini Pendaftaran Santri Baru Brosur Biaya Pendaftaran Pengumuman Statistik Santri Foto Video Kontak Ketentuan Pembayaran
Dunia Islam

Hikmah Disyariatkannya Puasa

Hikmah Disyariatkannya Puasa
Hikmah Disyariatkannya Puasa

Bahrul Ulum - Puasa adalah salah satu rukun Islam yang menjadi pondasi pembangun syariat islam. Puasa memiliki banyak hikmah pensyariatannya yang begitu besar. Hikmah disyariatkan puasa tak kalah penting dan istimewa diantara hikmah-hikmah pensyariatan rukun Islam yang lain.

Puasa mulai disyariatkan pada bulan Sya’ban, tahun kedua Hijriyah. Dalam Al-Qur’an, dalil pensyariatan puasa terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Rasulullah saw selama masa hidupnya menjalankan puasa Ramadhan sebanyak sembilan kali. Tentunya puasa memiliki banyak hikmah sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama, ahli hikmah dan para filsuf muslim. Kami akan mengulik sedikit catatan dari apa yang sudah mereka tuliskan sebatas kemampuan yang kami miliki.

Hikmah pertama, Puasa merupakan salah satu perwujudan rasa syukur kepada Allah swt dari sisi ibadah. Ini karena ibadah secara mutlak merupakan ekspresi rasa syukur seorang hamba kepada tuhannya atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah kepada hamba yang tak akan bisa dihitung banyaknya, sebabaimana firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 34:

وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا

“Dia telah menganugerahkan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.”

Hikmah kedua, syariat mengajarkan kepada umat Islam akan amanat yang harus dilaksnakan dan dijaga. Jangan sampai seorang muslim lalai, bahkan mengabaikan dan merusak amanat yang diberikan Allah. Amanat syariat tersebut adalah menjaga diri dari makan, minum, dan hal  yang membatalkan puasa mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Menjaga amanat tersebut memanglah begitu berat, karena harus menahan diri dari banyak hal sehingga dapat melelahkan jiwa  dan raga.

Hikmah ketiga, bahwasanya binatang hanyalah mementingkan makan, minum dan kenikmatan-kenikmatan lainnya. Apabila seorang manusia mampu mengendalikan nafsu hewani dan membebaskan diri dari nafsu hewani yang ia miliki, maka dirinya akan mendekat kepada sifat malaikat. Orang tersebut akan menjalankan ibadahnya secara ikhlas.

Hikmah keempat, Para dokter telah mengingatkan agar seseorang tidak makan terlampau rakus. Makan terlalu banyak adalah sumber segala penyakit, sebagaimana hadits marfu’ yang diriwayatkan oleh Imam Al-Ghozal yang terdapat dalam kitab Maqasid al-Hasanah hal 1035 dan kitab Zada al-Ma’ad juz III hal 97:

‌المَعِدَةُ ‌بَيتُ ‌الدَّاءِ ‌وَالحَمِيَّةُ ‌رَأسُ ‌الدَّوَاء

“Perut (lambung) adalah rumah penyakit dan menjaga makanan (diet) adalah obat yang top.”

Sebagian kaum bijak dalam kitab Maarif al-Insan wa Fadl Syuhuri wa al-Ayyam hal 168 karangan Yusuf bin Hasan bin Ahmad bin Hasan bin Abdul Hadi menjelaskan:

‌مَن ‌أَكَلَ كَثِيْراً، شَرِبَ‌كَثِيراً، وَمَنْ شَرِبَ كَثِيْراً، نَامَ كَثِيْراً، وَمَن نَامَ كَثِيراً، فَاتَهُ خَيرٌ كَثِيرٌ

“Siapa yang banyak makan dan minum, niscaya dia akan banyak tidur. Siapa yang banyak tidur, niscaya dia akan kehilangan banyak kebaikan.”

Hal ini juga selaras dengan yang diajarkan oleh Al-Qur’an dalam surat al-A’raf ayat 31:

وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ

“Makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”

Hikmah kelima, Mengurangi syahwat jimak (seks) yang merupakan sifat hewani yang dimiliki oleh hewan dan manusia. Syahwat ini sulit untuk dikendalikan, maka dengan puasa seseorang dapat menahan dan mengendalikansyahwat jimak.

Dalam kitab Shahih Bukhari  juz 7 halaman 3 Nabi Muhammad bersabda:

‌يَا ‌مَعْشَرَ ‌الشَّبَابِ ‌مَنِ ‌اسْتَطَاعَ ‌مِنْكُمُ ‌البَاءَةَ ‌فَلْيَتَزَوَّجْ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai para pemuda, siapa di antara kalian telah mampu untuk menikah, maka menikahlah. Dan siapa yang belum mampu, maka berpuasalah. Karena puasa dapat menjadi perisai (tameng) baginya.”

Hikmah keenam, Ketika seseorang berpuasa, dia akan turut merasakan pahitnya rasa lapar. Dengan puasa seseorang akan memiliki rasa simpati dan belas kasih kepada fakir dan miskin yang kerap tidak memiliki makanan untuk memenuhi rasa laparnya.

Diriwayatkan bahwa baginda Yusuf as. tidak makan kecuali dalam kondisi sangat lapar agar bisa teringat dengan orang-orang yang menderita, susah, membutuhkan, dan terjepit.

Dalam kitab al-targhib wa al-Tarhib karangan Ismail Bin Muhammad Bin al-Fadhil Bin Ali juz 2 hal 108 Nabi Muhammd saw bersabda:

‌مَنْ جَاعَ بَطْنُهُ عَظُمَتْ فِكْرَتُهُ وَفَطَنَ قَلْبُهُ

“Siapa yang perutnya lapar, maka pikirannya akan mulia (agung) dan hatinya akan cerdas.”

Masih banyak lagi hadits dan perkataan orang bijak mengenai keutamaan orang yang berpuasa, semoga sedikit ulasan ini dapat bermanfaat.

Wallahu a’lam

 

Oleh : Muhammad Ichlasul Amal