Kunci Utama Agar Puasa Kita diterima
Oleh : Muhammad Ichlasul Amal
Banyak orang yang berpuasa, namun puasanya tidaklah bernilai. Orang tersebut tidak memperoleh apapun dari pusanya kecuali hanya rasa lapar dan dahaga. Hal ini sebagaimana keterangan dalam sebuah hadits Nabi, Rasulullah saw bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
“betapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa apa dari pusanya kecuali rasa lapar dan dahaga”.[1]
Diantara alasannya adalah tidak didasari dengan keimanan kepada Allah dan Rasulullah dengan benar. Iman kepada Allah dan Rasulnya adalah pondasi untuk membangun bangunan taqwa, tanpanya seseorang tidak akan bisa meraih derajat sebagai orang yang bertaqwa. Karenanya Iman kepada Allah dan Rasulullah adalah perbuatan yang paling mulia dan paling baik secara mutlaq. Tidaklah ada perbuatan yang lebih utama dibandingnya.
Pernah suatu ketika Rasulullah saw ditanya oleh sahabat
أَيُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ؟
“Perbuatan apakah yang paling utama wahai Rasulullah”
Rasulullah pun menjawab
قَالَ: إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
“Rasulullah menjawab : beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah”
Perbuatan ada kalanya berupa perbuatan hati (a’mal al-qalb) yang tidak Nampak secara kasat mata, ada kalanya berupa perbuatan tersebut berupa perbuatan yang nampak (a’mal ad-dhahir). Diantara seluruh perbuatan tersebut, Iman kepada Allah dan Rasulullah yang paling utama.
Iman merupakan syarat diterimanya amal perbuatan, karena sebanyak apapun bentuk amal perbuatan baik seseorang, semuanya tidak akan ada nilainya dan tidak akan mendapat ridha dari Allah bila tidak disertai dengan Iman kepada Allah dan Rasulullah.
Allah swt berfirman dalam surat an-Nisa’ ayat 124:
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ مِنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُوْنَ نَقِيْرًا
“Siapa yang beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia beriman, akan masuk ke dalam surga dan tidak dizalimi sedikit pun”.
Sedang mengenai amal perbuatan yang dilakukan oleh orang yang tidak beriman, Allah berfiman dalam surat Ibrahim ayat 257:
مَثَلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ اَعْمَالُهُمْ كَرَمَادِ ِۨاشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيْحُ فِيْ يَوْمٍ عَاصِفٍۗ لَا يَقْدِرُوْنَ مِمَّا كَسَبُوْا عَلٰى شَيْءٍ ۗذٰلِكَ هُوَ الضَّلٰلُ الْبَعِيْدُ
“Perumpamaan orang-orang yang kufur kepada Tuhannya, perbuatan mereka seperti abu yang ditiup oleh angin kencang pada saat badai. Mereka tidak kuasa (memperoleh manfaat) sama sekali dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”.
Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menyandingkan antara iman dengan beramal saleh, seperti halnya dalam surat luqman ayat 8:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَهُمْ جَنّٰتُ النَّعِيْمِ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, baginya surga-surga yang penuh kenikmatan”.
Ini menunjukkan bahwa iman adalah pokok dan pondasi yang menjadi modal utama bagi seorang muslim agar mendapat pahala dan ridla dari Allah swt sehingga dapat meraih kebahagiaan yang hakiki di akhirat kelak.
Banyak orang yang berpuasa, namun puasanya tidaklah bernilai. Orang tersebut tidak memperoleh apapun dari pusanya kecuali hanya rasa lapar dan dahaga.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
“betapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa apa dari pusanya kecuali rasa lapar dan dahaga”.[2]
Sebagaimana ibadah yang lainnya, puasa harus didasari iman yang benar, niat yang benar, dan tatacara yang benar. Kebenaran ketiga hal tersebut tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya ilmu. Karenanya kita harus selalu dahaga dengan kajian keilmuan.
Tanpa ilmu seseorang tidak akan bisa melaksanakan perintah Allah sebagaimana mestinya, juga tidak akan bisa menjalankan kewajiban dengan semestinya dan tak bisa meninggalkan hal-hal yang dilarang dengan semestinya.
Bagaimana seseorang bisa menjalankan suatu kewajiban apabila dia tisak mengetahui kewajiban tersebut. Bagaimana juga seseorang bisa meninggalkan sesuatu yang dilarang, sedangkan dia tidak mengetahui akan sesuatu tersebut.
Rasulullah saw. dalam dalam haditsnya bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa berpuasa bulan Ramadhan karena didasari dengan iman (yang benar) dan mengharap ridha Allah (niat yang benar), maka dosanya yang telah lalu akan diampuni”.[3]
Dalam hadits yang lainnya Rasulullah bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang menghidupkan malam-malam di bulan Ramadhan karena didasari dengan iman (yang benar) dan mengharap ridha Allah (niat yang benar), maka dosanya yang telah lalu akan diampuni”.[4]
Semoga puasa dan ibadah kita diterima oleh Allah swt.
Wallahu A’lam
[1] Shahib Abdul Jabbar, li as-Sunan wa al-Masanid, XXIV/348.
[2] Shahib Abdul Jabbar, li as-Sunan wa al-Masanid, XXIV/348.
[3] Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari al-Ju'fi, Shahih Bukhari, (Bairut : Dar Thauq Najah, 1893), III/45.
[4] Ibid, I/16.