Home Berita Batsul Masail Kisah Inspiratif Sejarah Ruang Santri Tanya Jawab Tokoh Aswaja Dunia Islam Khutbah Amalan & Doa Ubudiyah Sambutan Pengasuh Makna Lambang Sejarah Pesantren Visi & Misi Pengasuh Struktur Jadwal Kegiatan Mars Bahrul Ulum Denah Opini Pendaftaran Santri Baru Brosur Biaya Pendaftaran Pengumuman Statistik Santri Foto Video Kontak Ketentuan Pembayaran
Tokoh

Mbah Hamid dan Kisah Uniknya

Ilustrasi Lukisan KH Abdul Hamid Chasbullah
Ilustrasi Lukisan KH Abdul Hamid Chasbullah

BAHRULULUM.ID- Al-kisah, KH. Hamid Hasbullah yang biasa dipanggil Mbah Hamid mempunyai rutinan setiap malam selasa yaitu mengaji dan mengunjungi istrinya yang berada di Sambong (arah Selatan dari Tambakberas). Namun, pada saat itu ternyata alam sedang tidak bersahabat. Suasana mendung, lalu hujan turun dengan deras.

 

Tapi, karena Mbah Hamid adalah seorang figur yang istiqamah, beliau tetap bertekad untuk pergi ke Sambong. Hari itu beliau ditemani oleh Kiai Ahmadi (ayah dari Kiai Ishom Ahmadi). Kiai Ahmadi membawa dan memegangi sepucuk daun pisang dan diangkat beberapa sentimeter dari atas kepala Mbah Hamid.

 

Karena waktu itu hujan turun sangat deras, secara akal dan logika daun pisang yang Mbah Hamid dan Kiai Ahmadi bawa itu tidak akan bisa menghalangi guyuran air hujan ke tubuh Mbah Hamid. Namun fakta berbicara lain. Kata Kiai Ahmadi, tubuh dan baju Mbah Hamid tidak basah sedikitpun walau hujan turun sangat deras. Akhirnya dengan jalan kaki, Mbah Hamid sampai di Sambong dengan keadaan kering dan bisa melaksanakan kewajibannya. Cerita tersebut didapat dari Kiai Irfan Sholeh yang dulu mendapatkannya dari Kiai Ishom Ahmadi.

 

  Masih terkait soal kelebihan Mbah hamid, KH Ghozi bin Wahib Wahab bercerita, suatu saat di Pondok Induk Tambakberas mengadakan tasyakuran kelas akhir (akhirussanah). Karena pada waktu itu Listrik masih sangat terbatas, maka disewalah diesel. Sebelum maghrib, diesel itu dinyalakan oleh tukangnya sehingga menimbulkan suara bising. Saat waktu maghrib tiba, Kiai Hamid mengambil air wudhu dan berdo’a agak lama tidak sebagaimana mestinya do’a setelah wudhu.

 

“pasti Mbah Hamid sedang tidak nyaman dengan suara diesel, apalagi sudah masuk waktu maghrib”. Terkah KH Ghozi bin Wahib

 

Hasil dari do’a Kiai Hamid, diesel pun macet dan setelah dicoba diperbaiki oleh tukangnya, diesel masih saja macet. Ajaibnya, setelah Mbah Hamid selesai melaksanakan sholat isya’, diesel tidak macet dan baru bisa dinyalakan lagi.

 

Belum habis dengan cerita kewalian Mbah hamid, KH Ghozi punya cerita. Apalagi Mbah Wahab datang dari Jakarta ke Tambakberas, Mbah Wahab langsung menuju rumah atau ndalemnya Mbah Hamid. Hal ini menjadikan KH. Ghozi penasaran, lalu beliau pun bertanya kepada Mbah Wahab kenapa selalu mendatangi adiknya terlebih dahulu.

 

“Wali arek iku (adikku itu seorang wali)” Jawab Mbah Wahab. Maksudnya, menurut mbah Wahab, Mbah Hamid adalah Sebagian dari wali Allah.

 

Ditulis ulang dari buku TAMBAKBERAS: menelisik Sejarah memetic uswah

Oleh: Agus Ainur Rofiq Al amin

 

Ditulis ulang oleh: M. Naufal Muzacky