Simposium 30 Profesor PPBU: Menegaskan Peran Strategis Alumni Pesantren dalam Kepemimpinan Bangsa dan Peradaban.
BAHRULULUM.ID – Simposium Paralel 30 Profesor Alumni Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas Jombang merupakan acara penting yang membahas peran strategis alumni pesantren dalam memajukan negara dan peradaban. Dalam forum yang di adakan pada Rabu (15/10) tersebut, empat profesor ternama dari berbagai bidang ilmu mengemukakan pandangan mereka tentang pentingnya kepemimpinan, integritas politik, peran moderasi (sikap tengahlah), dan perjuangan untuk kesetaraan gender (advokasi keadilan gender) dalam menghadapi berbagai tantangan kontemporer.
Profesor Nur Ali, selaku pemateri pertama menekankan bahwa kemajuan peradaban tidak hanya bergantung pada hard skill (ilmu pengetahuan), melainkan juga pada soft skill, terutama kepemimpinan (leadership) dan karakter.
“Pondok pesantren adalah kawah candradimuka yang melahirkan pemimpin berintegritas, berdedikasi, dan memiliki komitmen tinggi terhadap bangsa,” ucap Prof. Nur Ali, M.Pd.I., pemateri yang mengangkat tema "Peran Santri, Pondok Pesantren, Madrasah, dan Sekolah dalam Pembangunan Bangsa dan Peradaban."
Prof. Nur Ali berpendapat bahwa kepemimpinan dalam perspektif Islam harus dimaknai sebagai bentuk pelayanan (khadim) dan tanggung jawab (amanah). Para santri memiliki bekal spiritual, yaitu filosofi "Cinta Tanah Air adalah sebagian dari Iman" (Hubbul Wathon Minal Iman), yang mendorong mereka untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keberhasilan para alumni PPBU di berbagai bidang (pemerintahan, militer/kepolisian, dan profesional) menjadi bukti nyata kemampuan pesantren dalam menghasilkan pemimpin yang cakap.
Di sisi lain, Prof. Ma'mum Murod menyoroti stereotip bahwa alumni pesantren sering dianggap kurang memiliki keahlian teknis (kapabilitas) untuk memimpin di sektor publik. Beliau menegaskan bahwa santri harus mendobrak anggapan tersebut.
“Tantangan terbesar bagi alumni pesantren adalah politik, dimana ia harus menjaga prinsip ideologi kebangsaan di tengah arus sekularisasi. Santri tidak boleh takut berpolitik,” tegas Prof. Ma'mum Murod M.A., Ph.D., yang mengangkat isu peran alumni dalam politik melalui presentasinya, "Peran Santri dan Alumni Pesantren dalam Kepemimpinan Politik dan Tantangan Ideologi."
Keberhasilan seorang alumni dalam menjadi pemimpin, menurut Prof Ma’mum, ditentukan oleh keseimbangan antara integritas moral yang didapatkan dari pendidikan di pesantren dan intelektualitas atau kapabilitas profesional yang diperoleh dari perguruan tinggi. Oleh karena itu, para alumni memiliki tanggung jawab moral untuk mengisi posisi-posisi kepemimpinan di ranah politik dengan nilai-nilai luhur dan integritas.
Selanjutnya, Prof. Dr. A. Najib Burhani, M.A., Ph.D., menyampaikan materi mengenai "Peran Alumni Pesantren dalam Merespons Perubahan Sosial Keagamaan dan Tantangan Ideologi Kontemporer."
Prof. Najib Burhani menyoroti arus perubahan cepat, termasuk globalisasi dan digitalisasi, yang memengaruhi praktik keagamaan. Beliau menempatkan peran alumni sebagai penjaga nilai-nilai Islam Wasathiyah (Moderat) di Indonesia, sekaligus garda terdepan dalam menangkal paham-paham ekstrem.
Beliau juga menekankan bahwa kontribusi alumni harus masif di sektor akademik dan intelektual, berfungsi sebagai "Jembatan" yang menghubungkan ilmu pengetahuan tradisional (kitab kuning) dengan ilmu pengetahuan modern. Hal ini penting agar ajaran Islam tetap relevan.
Di sesi lainnya, Prof. Dr. Hj. Atun Wardatun, M.A., fokus pada isu gender dan keadilan melalui presentasinya, "Peran Perempuan Santri dan Alumni Pesantren dalam Pembangunan Masyarakat dan Penegakan Keadilan."
Prof. Atun menyoroti peran ganda perempuan alumni pesantren yang sukses di ranah profesional maupun kultural. Beliau menekankan bahwa perempuan santri memiliki tanggung jawab moral untuk mengadvokasi isu-isu keadilan, terutama terkait Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan perlindungan anak.
Beliau menegaskan, pesantren harus menjadi benteng dan pusat edukasi yang aktif melawan segala bentuk kekerasan. Selain itu, beliau menggarisbawahi pentingnya pengakuan Ulama Perempuan untuk memberikan pandangan hukum Islam yang lebih berpihak pada keadilan bagi perempuan dan anak.
Simposium ini menyimpulkan bahwa alumni pesantren adalah aset strategis bangsa yang siap memimpin dengan modal karakter, integritas moral, komitmen kebangsaan yang kuat, serta berdaya dalam merespons tantangan sosial kontemporer.