Home Berita Batsul Masail Kisah Inspiratif Sejarah Ruang Santri Tanya Jawab Tokoh Aswaja Dunia Islam Khutbah Amalan & Doa Ubudiyah Sambutan Pengasuh Makna Lambang Sejarah Pesantren Visi & Misi Pengasuh Struktur Jadwal Kegiatan Mars Bahrul Ulum Denah Opini Pendaftaran Santri Baru Brosur Biaya Pendaftaran Pengumuman Statistik Santri Foto Video Kontak Ketentuan Pembayaran
Berita

Drama Inspiratif Warnai Gebyar Kidung Tresno 2 Abad Bahrul Ulum: Wariskan Daya Juang dari Mbah Wahab Membentuk “The Next Fighter”

Foto Acara Gebyar Sholawat Kidung Tresno
Foto Acara Gebyar Sholawat Kidung Tresno

BAHRULULUM.ID – Malam yang meriah penuh dengan nuansa kebahagiaan menyelimuti Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas, Jombang, dalam acara bertajuk “Gebyar Sholawat Kidung Tresno”. Acara ini sekaligus menjadi pembukaan awal rangkaian puncak perayaan "Multaqo Santri Nusantara" yang merupakan bagian tak terpisahkan dari peringatan akbar Dua Abad PPBU yang puncaknya akan berlangsung pada tanggal 24 hingga 25 Oktober.

 

Gebyar Sholawat Kidung Tresno adalah penampilan sholawat dengan sajian teater seni kolosal para santri sebagai wadah kreativitas. Lebih dari sekadar lantunan sholawat, acara ini juga menjadi simbol cinta, semangat, dan persatuan para santri dalam meneladani akhlak Rasulullah.

 

Sholawat dan Drama Kisah yang Inspiratif

Kemeriahan malam itu tidak hanya diisi dengan lantunan sholawat yang syahdu, tetapi juga diselingi penampilan memukau dari Teater Mimpi milik Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum. Mereka mementaskan sebuah drama teater yang diangkat dari kisah nyata, yakni cerita antara Mbah Wahab (KH. Abdul Wahab Chasbullah), salah satu pendiri NU, dan Joyo Rebo, seorang Pendekar Sakti yang berasal dari Jombang.

 

Kisah yang dipentaskan menyoroti upaya Joyo Rebo, seorang tokoh yang dikenal 'sulit ditaklukkan', untuk menghadapi Mbah Wahab. Namun, dalam puncak dramanya, niat jahat dan kearoganan Joyo Rebo luluh lantak. Ia dikisahkan bertekuk lutut dan kembali ke jalan yang benar setelah mendengar dan merasakan kedalaman makna dari "Kidung Tresno" atau sholawat kepada Nabi Muhammad SAW yang dibacakan oleh Mbah Wahab. Drama ini sukses menyampaikan pesan mendalam tentang kekuatan sholawat dan keteladanan para pendiri pesantren dalam membimbing umat.

 

Setelah penampilan teater yang penuh inspirasi, acara dilanjutkan dengan puncak kekhusyukan, yaitu pembacaan Sholawat Burdah yang dilantunkan secara kolosal. Ribuan santri, kiai, alumni, dan masyarakat yang hadir membaur dalam lantunan puji-pujian karya Imam Al-Bushiri tersebut, menciptakan suasana malam yang khidmat dan menyentuh hati.

 

Manifestasi Perjuangan dan Tema Dua Abad

Ketua Panitia acara, Agus H. Muhammad Nabriz Aqda Irfan, menjelaskan bahwa Gebyar Sholawat Kidung Tresno ini merupakan bentuk rasa syukur atas peringatan 2 abad Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Kedua, gebyar sholawat ini dilakukan untuk menyongsong Abad ketiga PPBU dengan semangat kebersamaan dan cinta kepada Rosulullah. Ketiga, acara ini sekaligus memperingati hari santri nasional sebagai wujud apresiasi santri dari santri dan untuk santri.

 

Sementara itu, Ketua Peringatan 2 Abad PPBU, KH. Sholahul Am Notobuwono yang kerap dipanggil Gus Aam, menuturkan bahwa Sholawat kolosal Kidung Tresno adalah manivestasi perjuangan yang diwariskan Pondok Pesantren Bahrul Ulum dari masa ke masa. Beliau menegaskan bahwa rangkaian acara ini adalah upaya untuk "Mewariskan Daya Juang, Berkhidmah Membangun Peradaban", yang menjadi tema besar Dua Abad PPBU.

 

Menggambarkan semangat perjuangan PPBU, Gus Aam mengutip nadzam dalam kitab Alfiyah,

لا اقعد الجبن عن الهيجاء # ولو توالت زمر الاعداء

"Tidak akan menyerah aku dalam bertempur, walaupun musuh datang bergelombang."

 

Beliau bermaksud menggambarkan bahwa acara akbar ini, yang merupakan tonggak sejarah bagi Bahrul Ulum karena telah mencapai usia dua abad, akan terus berlangsung dan tegak berdiri, meskipun menghadapi berbagai tantangan.

 

Pendidikan Pesantren Melampaui Text Book

Gus Aam juga mengingatkan kepada para santri dan jamaah yang hadir bahwa dalam pondok pesantren tidak hanya memberikan pendidikan berupa text book melalui pengajaran kitab-kitab saja. Lebih dari itu, pesantren memberikan banyak pendidikan yang kadang tidak disadari melalui pembiasaan-pembiasaan seperti jamaah, sholat malam, dan wiridan-wiridan.

 

Semua ini merupakan ikhtiyar Pondok Pesantren Bahrul Ulum mewariskan daya juang untuk menyongsong peradaban bangsa ini ke depan. Karena kalau tidak dibangunkan dan dibangkitkan maka daya juang ini akan tidur dan santri tidak dapat menaklukkan tantangan-tantangan yang ada.

 

“Yang diwariskan saat belajar di Tambakberas tidak hanya belajar teksbook. Tapi banyak hal yang dimasukkan tanpa sampean sadari saat belajar di sini. Sampeyan (Kamu) dijak jama’ah, wiridan, bengi ditangi (dibangunkan saat malam), ini semua ikhtiyar kita di Pondok Pesantren Bahru Ulum mewariskan daya juang untuk peradaban bangsa ini ke depan.” Ucapnya.

 

Harapannya, santri-santri Tambakberas ke depan menjadi "the next fighter" atau petarung-petarung selanjutnya untuk menciptakan sejarah dunia, yang memiliki daya juang yang tinggi untuk kemudian bisa berperan di dunianya masing-masing. Daya juang ini telah dicontohkan dan diwariskan para pendahulu mulai dari Mbah Wahab, Mbah Hasyim Asy’ari dan kiai-kiai lainnya. Beliau menutup pesan dengan mengingatkan bahwa ada banyak jalan untuk berjalan di jalan Tuhan.

 

“Kita berharap bahwa santri-santri Tambakberas ke depan menjadi ‘the next fighter’ Para petarung-petarung selanjutnya untuk menciptakan sejarah dan peradaban dunia.” Tutup Gus Aam dalam Sambutannya.

 

Forum Multaqo Santri sendiri dijadwalkan akan melanjutkan sesi diskusi dan seminar dengan melibatkan ulama dan cendekiawan dari berbagai penjuru, sebagai wadah dan perwujudan peran santri dalam peradaban di abad ketiga Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas.

 

Oleh: M.Ichlasul Amal

Editor: Abdullah Machbub