Transformasi PPBU: Menyambut Abad ke-3 dengan Inovasi Pendidikan dan Moral Bangsa
BAHRULULUM.ID - Menjelang usianya yang genap 200 tahun—sejak didirikan oleh K.H. Abdus Salam (Mbah Soihah) pada tahun 1838 M di tengah hutan belantara Tambakberas—Pondok Pesantren Bahrul 'Ulum (PPBU) Jombang terus memperkuat komitmennya untuk mencetak generasi yang berakhlak mulia, berilmu, dan berkontribusi aktif dalam mencerdaskan bangsa. Dalam rangka menyambut Abad ke-3, yang mengusung tema besar "Mewariskan Daya Juang, Berkhidmah Membangun Peradaban", PPBU mengadakan serangkaian acara akbar sejak awal September hingga puncak peringatan pada 25 Oktober 2025.
Salah satu rangkaian penting adalah talkshow bertajuk "Transformasi Pesantren Menuju Abad ke-3 PPBU." Acara yang berlangsung di Gedung Serbaguna (GSG) Chasbullah Sa'id pada Rabu, (15/10), ini dibuka dengan sambutan dari Ketua Umum Yayasan Bahrul 'Ulum, KH. Wafiyyul Ahdi (Gus Wafi).
Gus Wafi menceritakan kembali perjuangan para pendiri pondok, yang dimulai dari "pondok selawe" (pondok dua puluh lima) oleh Mbah Abdussalam—yang merupakan keturunan Raja Brawijaya dan Pangeran Diponegoro—yang berfungsi sebagai basis perjuangan menentang Belanda. Beliau menekankan bahwa sejarah pesantren selalu ditandai dengan pembaharuan: "Setiap 100 tahun sekali selalu ada orang yang akan memberikan pembaharuan."
Gus Wafi secara khusus menyoroti peran sentral KH. Abdul Wahab Hasbullah di abad pertama, seorang ulama pejuang dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus pahlawan nasional. Mbah Wahab membawa perubahan besar pada sistem pendidikan dengan memodernisasi kurikulum pesantren di tahun 1912. Beliau merupakan sosok yang memperkenalkan huruf latin (gedrik), media hitung, Bahasa Indonesia, dan ilmu pengetahuan umum, sebagai upaya agar santri tidak hanya menguasai ilmu agama tetapi juga berdaya saing global.
"Dengan perayaan ini, Pesantren Bahrul 'Ulum tidak hanya mengenang kembali sejarah perjuangan para pendirinya, tetapi juga menunjukkan kesiapan untuk terus berinovasi dan berkontribusi bagi kemajuan pendidikan dan moral bangsa di abad ke-3," tutup Gus Wafi.
Di samping itu, acara ini juga dihadiri oleh Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, Menteri Agama RI, sebagai pembicara utama. Beliau menyampaikan pandangan filosofis mendalam, menjelaskan bahwa pesantren adalah perpaduan sejati antara "konsentrasi" (ilmu, membaca, dan analisis/Iqra') dan "kontemplasi" (spiritual, zikir, dan pengenalan diri/Bismi Rabbik). Keseimbangan inilah yang menjadi fondasi nilai-nilai moderasi sejati. Menag juga mengapresiasi konsistensi Bahrul Ulum dalam mencetak kader bangsa, yang terbukti dengan lahirnya 30 profesor alumni dari rahim pesantren tersebut, tersebar di 16 perguruan tinggi berbeda.
Rangkaian peringatan dua abad ini juga mencakup berbagai kegiatan lain seperti Liga Santri 2 Abad, Seminar Nasional Pendidikan, Konser Kebangsaan, Pameran Produk UMKM Pesantren, hingga Multaqo Santri Nusantara, yang diperkirakan puncaknya akan dihadiri puluhan ribu jamaah. Acara talkshow ini ditutup dengan doa dan lantunan sholawat Nabi yang dipimpin oleh Ketua Majelis Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul 'Ulum, KH. Hasib Wahab, menambah khidmat suasana.