Home Berita Batsul Masail Kisah Inspiratif Sejarah Ruang Santri Tanya Jawab Tokoh Aswaja Dunia Islam Khutbah Amalan & Doa Ubudiyah Sambutan Pengasuh Makna Lambang Sejarah Pesantren Visi & Misi Pengasuh Struktur Jadwal Kegiatan Mars Bahrul Ulum Denah Opini Pendaftaran Santri Baru Brosur Biaya Pendaftaran Pengumuman Statistik Santri Foto Video Kontak Ketentuan Pembayaran
Kisah Inspiratif

Bagaimanakah Santri Memposisikan Diri dalam Politik?

Bagaimanakah Santri Memposisikan Diri dalam Politik?
Bagaimanakah Santri Memposisikan Diri dalam Politik?

Kaum santri adalah kalangan yang sering kali dianggap sebagai kalangan yang sami’na wa ato’na (Patuh dan tata) terhadap Sang Kiai. Dalam artian jika pimpinan atau Sang Kiai berkata kepada para santri, maka santri pun akan mengikuti dan mematuhi apa yang dikatakan Sang Kiai. Tentu secara politik hal ini menjadi basis kekuatan massa yang cukup potensial. Kesempatan ini jika dimanfaatkan oleh kalangan elit politik dengan mendekati para Kiai pondok pesantren, maka secara matematis potensi suara sudah dapat diperhitungkan.

Sedangkan politik sendiri menurut para ulama adalah wasilah (jalan; perantara; alat). Bukan ghoyah (tujuan). Sebagai alat, Imam Al-Mawardi ulama besar pengarang kitab fikih politik termasyhur mengatakan: “politik jika dilandasi agama akan baik dan agama jika disokong politik akan kuat.”

Peran politik dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar sangatlah tinggi. Bahkan jauh lebih efektif, karena dengan politik bisa memengaruhi keputusan dari sebuah kebijaakan secara langsung.

Oleh karenanya, sebagai santri kita harus paham akan politik, namun tidak semua santri harus berpolitik. Kalau santri paham politik, maka tidak akan dikibuli. karena sesungguhnya kekuasaan itu seperti pedang yang bermata dua, kalau di gunakan dengan baik maka akan menjadi baik. Begitupun sebaliknya, jika tidak di gunakan dengan baik maka akan dapat melukai pemiliknya.

Pertama Santri harus bisa menempatkan posisi diri. Dalam artian semuanya santri itu harus faham tentang politik. Tapi tidak semuanya harus masuk ke dalam dunia politik praktis, cukup sebagian santri saja yang mendalami masalah politik secara detail. Karena santri harus bisa mengontrol dan membimbing masyarakat di semua bidang, termasuk di bidang politik.

Kedua santri tidak boleh fanatik pada kelompok tertentu, santri harus netral dalam menyikapi setiap hal. Saya sangat salut dengan Tambakberas dalam segala bidang, bahkan para Kiai di sana sangat multitalenta karena bisa masuk di berbagai lini kehidupan. Kita juga harus toleran dalam menyikapi perbedaan, tidak memojokkan golongan yang fokus pada politik dan tidak menyudutkan golongan yang hanya fokus dalam keilmuan. Karena kesemuanya memiliki perananya masing-masing.

Ketiga Kita tidak bisa menutupi fakta bahwa salah satu media paling efektif dalam berdakwah adalah politik. Bukan berarti yang tidak berpolitik itu tidak efektif, Hanya saja dengan berpolitik seseorang akan mempunyai wadah yang mendukungnya untuk berda’wah sehingga dakwah akan lebih luas dan lebih efisien.[1]

Penulis : Mohamad Mardani

 

 

 

[1] Sumber : Wawancara dengan KH. Fathul Huda Bupati Tuban periode 2011-2016 dan 2016-2021 sekaligus Pengasuh Ma’had Bahrul Huda Tuban.