Kiai Anshari : Potensi Besar Kiai Abdul Nashir
Salah satu guru sepuh di Madrasah Muallimin Muallimat KH Anshori Syechah mengungkapkan bahwa KH Abdul Nashir Abdul Fattah adalah sosok yang Shoghiirul Jirmi, Katsirul ‘Ilmi memilliki potensi yang sangat besar meskipun fisiknya kecil.
“Kiai Abdul Nashir. Kecil bentuk fisiknya, tetapi besar dan banyak sekali ilmunya” Ucapnya ketika memberikan (isyhad) kesaksian ketika acara tahlil hari ketiga Almarhum almaghfurlah KH Abdul Nashir Fattah di ndalem (Kediamannya), Tambakberas, Jombang (31/8/22).
Kiai Anshari menceritakan bahwa KH Abdul Nashir adalah sosok yang begitu nekad. Salah satu pengalamannya dengan Kiai Abdul Nashir yaitu di kepengurusan Nahdlatul ‘Ulama Ranting Tambakberas, pada tahun 2003. Waktu itu, Pengurus Ranting ingin mendirikan TPQ di salah satu masjid di dusun Petengan, desa Tambakrejo, kecamatan Jombang. Namun setelah dilihat dan dipikir-pikir lagi, lahan masjid tersebut belum cukup luas untuk didirikan TPQ.
“Wah, ini harus beli tanah lagi ini,” ucap Kiai Abdul Nashir.
Lalu, dicarilah informasi perihal penjualan lahan. Setelah bertanya kepada warga sekitar, ternyata kebetulan sekali, lahan sawah seluas sekitar 2800 meter di sebelah utara masjid sedang dijual dengan harga 30 Juta. Bukan harga yang murah. Kendatipun demikian, Kiai Abdul Nashir tetap saja nekad membeli tanah tersebut. Walhasil, Ia pun memberi uang muka 2 Juta kepada pemilik tanah dan berjanji akan melunasi sisanya 4 bulan kemudian.
Kiai Anshori sedikit khawatir. Bagaimana tidak, pengurus Ranting sedang tidak memiliki uang. Dengan cara apa dalam waktu 4 bulan mengumpulkan uang sebanyak itu. Yasudah lah, pikir Kiai Anshori, nanti dipikir dan dicari caranya bersama-sama.
Setelah menyelesaikan transaksi, Kiai Abdul Nashir mulai bingung bagaimana melunasi uang sebanyak itu, lantaran waktu itu Kiai Abdul Nashir juga sedang tidak memiliki uang.
“Kalo masih tidak melunasi, ya, nanti bisa minta undur lagi,” Fikir Kiai Anshori
Namun, Ia ingat salah satu hadits Nabi yang sering sampaikan Kiai Abdul Nashir yaitu: “Barang siapa yang mengambil harta orang lain dengan tujuan akan sungguh-sungguh dibayar, Allah akan membayar harta tersebut”, yang juga telah menjadi prinsip Kiai Abdul Nashir, mendorong Ia nekad dan berani membeli lahan seharga 30 Juta itu.
“Mobil, mobil, semoga kamu ndak terjual, ya,” celetuk Kiai Abdul Nashir sambil mengusap-usap mobil merek Carry Ia yang dijadikan jaminan waktu itu.
Akhirnya, Kiai Abdul Nashir, dibantu oleh pengurus ranting, berupaya mencari jalan keluar untuk melunasi tanggunga tersebut dengan cara “menarik iuran” ke unit-unit madrasah di bawah naungan Yayasan PP. Bahrul Ulum.
“Siapa yang ingin menyumbang? Per meter 11 ribu,” kata Kiai Abdul Nashir kepada pihak madrasah-madrasah.
Di antaranya ada yang menyumbang 1 meter, 2 meter 10 meter bahkan 100 meter. Di luar dugaan, tidak sampai 3 bulan, uang yang terkumpul mencapai 30 Juta. Sampai-sampai saat genap empat bulan, bertambah menjadi 46 Juta.
Kekhawatiran yang muncul sejak pertama kali Kiai Abdul Nashir membeli lahan tersebut, seketika hilang setelah semua terlunasi.
“Alhamdulillah, mobilku ra sido kedol (Alhamdulillah, mobilku tidak jadi terjual),”ucap Kiai Abdul Nashir.
Kiai Anshori menyampaikan beberapa tahun kemudian, di lahan TPQ tersebut, didirikanlah SMP yang digunakan proses belajar mengajar hingga saat ini.
“Andai Kiai Abdul Nashir dan sifat nekad tapi tetap berprinsipnya tidak ada, sepertinya tidak mungkin bisa berdiri unit pendidikan di masjid desa Petengan itu,” Pungkas KH Anshori.
Oleh : Mohammad Nashihul Khair
Editor : Muhammad Ichlasul Amal